Minggu, 10 November 2013

REVISI B.INDONESIA


KALIMAT DEDUKTIF
Tahun Ini Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,9 Persen

Inflasi diperkirakan melambung 9,2 persen, jauh di atas target pemerintah dan Bank Indonesia.Kombinasi persoalan fundamental ekonomi nasional dan gejolak ekonomi global menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 hanya 5,9 persen.Koreksi pertumbuhan ekonomi dari 6,3 persen menjadi 5,9 persen untuk tahun 2013 tersebut disampaikan Menteri Keuangan M Chatib Basri saat rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR) di Jakarta, Rabu (28/8/2013). Rapat membahas pokok-pokok kebijakan fiskal dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2014.
Hadir dalam rapat kerja tersebut, antara lain Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana. Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor Supit memimpin rapat selama dua jam tersebut. Agus DW Martowardojo dalam sejumlah kesempatan menyampaikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 berkisar 5,8 persen hingga 6,2 persen. Namun, trennya mengarah pada batas bawah. Menurut Chatib, koreksi pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Dari yang awalnya ditargetkan 6,9 persen, pertumbuhan investasi mengarah ke 5,3 persen. Dengan demikian, proyeksi sumbangannya terhadap produk domestik bruto (PDB) pun turun dari 1,7 persen menjadi 1,35 persen.
Faktor berikutnya adalah ekspor, yang juga tumbuh melambat. Dari target awal 6,6 persen, pertumbuhan ekspor diproyeksikan mengarah ke 4,8 persen. Akibatnya, sumbangannya terhadap PDB turun dari 3,2 persen menjadi 2,3 persen. Sementara pertumbuhan impor yang awalnya diperkirakan 6,1 persen diperkirakan mengarah ke 1,8 persen. Adapun konsumsi pemerintah awalnya ditargetkan tumbuh 6,7 persen. Namun, belakangan proyeksinya mengarah menjadi 3,4 persen. Sementara untuk konsumsi rumah tangga sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi, proyeksi pertumbuhannya naik sedikit menjadi 5,1 persen dari target 5 persen. Sumbangannya terhadap PDB tetap, yakni 2,8 persen. ”PMTB lebih rendah dari perkiraan kita karena ekspor sektornya melemah, investasinya somehow juga akan melemah,” kata Chatib. Pelambatan itu tampak pada kondisi mutakhir. Arus modal pada Agustus sampai dengan 23 Agustus tercatat Rp 4,38 triliun dan asing keluar dari saham. Sementara arus modal asing masuk ke Surat Utang Negara Rp 1,73 triliun.



KET :

DEDUKTIF

UMUM

KHUSUS





Sumber : KOMPAS CETAK




Tidak ada komentar:

Posting Komentar