KALIMAT DEDUKTIF
Tahun Ini Ekonomi Indonesia
Hanya Tumbuh 5,9 Persen
Inflasi
diperkirakan melambung 9,2 persen, jauh di atas target pemerintah dan Bank
Indonesia.Kombinasi
persoalan fundamental ekonomi nasional dan gejolak ekonomi global menyebabkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2013 hanya 5,9 persen.Koreksi pertumbuhan ekonomi dari
6,3 persen menjadi 5,9 persen untuk tahun 2013 tersebut disampaikan Menteri
Keuangan M Chatib Basri saat rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan
Rakyat (Banggar DPR) di Jakarta, Rabu (28/8/2013). Rapat membahas pokok-pokok
kebijakan fiskal dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
Tahun 2014.
Hadir dalam rapat kerja tersebut, antara lain Gubernur
Bank Indonesia Agus DW Martowardojo serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Armida Salsiah Alisjahbana. Ketua Banggar DPR Ahmadi Noor Supit
memimpin rapat selama dua jam tersebut. Agus DW Martowardojo dalam sejumlah
kesempatan menyampaikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 berkisar
5,8 persen hingga 6,2 persen. Namun, trennya mengarah pada batas bawah. Menurut Chatib,
koreksi pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Dari yang awalnya
ditargetkan 6,9 persen, pertumbuhan investasi mengarah ke 5,3 persen. Dengan
demikian, proyeksi sumbangannya terhadap produk domestik bruto (PDB) pun turun
dari 1,7 persen menjadi 1,35 persen.
Faktor berikutnya
adalah ekspor, yang juga tumbuh melambat. Dari target awal 6,6 persen,
pertumbuhan ekspor diproyeksikan mengarah ke 4,8 persen. Akibatnya,
sumbangannya terhadap PDB turun dari 3,2 persen menjadi 2,3 persen. Sementara
pertumbuhan impor yang awalnya diperkirakan 6,1 persen diperkirakan mengarah ke
1,8 persen. Adapun konsumsi pemerintah awalnya ditargetkan tumbuh 6,7 persen.
Namun, belakangan proyeksinya mengarah menjadi 3,4 persen. Sementara untuk konsumsi rumah
tangga sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi, proyeksi pertumbuhannya naik
sedikit menjadi 5,1 persen dari target 5 persen. Sumbangannya terhadap PDB
tetap, yakni 2,8 persen. ”PMTB lebih rendah dari perkiraan kita karena ekspor
sektornya melemah, investasinya somehow juga akan melemah,” kata Chatib.
Pelambatan itu tampak pada kondisi mutakhir. Arus modal pada Agustus sampai
dengan 23 Agustus tercatat Rp 4,38 triliun dan asing keluar dari saham.
Sementara arus modal asing masuk ke Surat Utang Negara Rp 1,73 triliun.
KET :
|
DEDUKTIF
|
|
UMUM
|
|
KHUSUS
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar